Senin, 25 April 2011

PENGARUH TIDUR


Apa kamu suka tidur? Manusia normal yang berada di atas bumi pasti melakukan aktivitas ini, meskipun cuma 1 jam tiap hari. Jaman dahulu kala orang tidur memakai bantal kayu atau batu atau bahkan tidak memakai bantal. Sangat berbeda dengan jaman sekarang, tidur memakai bantal adalah sebuah kebiasaaan atau keharusan.

Kebiasaan tidur dengan bantal kayu atau batu, menyebabkan orang-orang dahulu bisa bangun dengan segar bugar, karena tubuh bisa beristirahat total saat tidur.  Berbeda dengan yang tidur di atas kasur empuk, tubuh mereka tidak bisa istirahat dengan total. Karena tubuhnya saling menekan dengan alas tidur.
Posisi tidur yang benar adalah tubuh miring ke kanan dengan kaki bagian atas di tekuk, dan tangan kiri sebagai bantal. Tidur dengan posisi ini bermanfaat agar mengalirkan darah ke otak dengan sempurna, karena posisi kepala lebih rendah dari jantung.
Posisi tidur yang membuat bodoh adalah terlentang, tengkurap, dan kaki mengangkang. Posisi ini diibaratkan sebagai cara tidurnya binatang, karena aliran darah tidak lancar, perut dan dada tertekan, juga aliran darah ke otak juga terhambat.
Saat tidur yang baik adalah jam 8 malam  sampai jam 1 dini hari. Selanjutnya jam 1 dini hari  sampai jam 4 pagi digunakan untuk belajar, jam 4 pagi sampai jam 6 pagi untuk olahraga, dan seterusnya.
Saat tidur yang tidak baik adalah pukul 06.30 WIB setelah matahari terbit, pada tengah hari pukul 11.30 – 12.00 WIB dan pukul 17.30 WIB saat matahari tenggelam. Tidur pada saat tersebut akan mengakibatkan seseorang linglung dan separuh kesadarannya hilang, diakibatkan oleh keseimbangan alam yang pada waktu-waktu tersebut harus berada pada kondisi sadar.
Tidur yang baik berada dalam keadaan atau ruang yang gelap, terhindar dari cahaya yang menyengat dan silau. Rangsang cahaya yang terlalu banyak, menyebabkan otak tidak optimal dalam melakukan defragmentasi data-data yang terekam sebelum tidur, hal ini akan berdampak kepada daya ingat pada jangka waktu yang lama.
Ayo tidur yang baik untuk menyehatkan badan.

Minggu, 24 April 2011

inilah gambaran UTDRS RSUD Banjarbaru....sebetulnya kami menginginkan sebuah pelayan darah buat pasien yang memerlukan darah dengan baik ....UTDRS ini sudah ada sejak tahun 2008...dan alhamdulillah kami bisa fungsikan mulai tahun 2011 dengan komitmen yang kuat dari Bidang Penunjang RSUD Banjarbaru dan direktur RSUD Banjarbaru drg. Agus Widjaja, MHA dan dilanjutkan oleh Plt, Direktur RSUD Banjarbaru dr, Hj. Nurlenny saleh, MM, akhirnya UTDRS RSUD banjarbaru mulai berfungsi .......
hal ini berdasarkan arahan dari Dirjen BUK agar segera mungkin memfungsikan UTDRS tersebut agar program 1000 kantong darah untuk menolong 1000 orang...dapat terpenuhi....
JAYALAH RUMAH SAKITKU....TEGARLAH TEMAN TEMAN KU..SELURUH PETUGAS UTDRS RSUD BANJARBARU...........
jadi apabila masyarakat Banjarbaru ingin menjadi Donor segera datang ke UTDRS RSUD Banjarbaru dialamat : Jl. Palang Merah No.2 Kota Banjarbaru.......

 

Sabtu, 23 April 2011

PERANSAKA NASIONAL 2010

Alahamdulilah kami diberi kesempatan ke titik Nol wilayah NKRI.....Betapa luas wilayah Republik ini....semoga dengan kami para pemuda melakukan penanaman pohon dipulau Nipah...maka akan membuat kita semakin bangga akan bangsa ini ....NKRI..HARGA MATI..!!!!!!

Senin, 18 April 2011

RSUD BANJARBARU AKAN SEGERA DIRELOKASI


Kondisi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banjarbaru saat ini sungguh memprihatinkan. Pasalnya lahan yang sempit yakni 0,8 hektare dan sarana prasarana yang tidak memadai membuat pelayanan kesehatan maupun aktivitas warga sekitar rumah sakit tidak representatif lagi.
Ketidakpantasannya menjadi rumah sakit, karena dari segi infra strukturnya, letak dan bangunan yang ada saat ini tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Kementrian Kesehatan RI.”Seperti luasan ruang rawat jalan (poliklinik) maupun ruang tunggu pasien dan keluarga yang tidak memadai,” ucap Kepala Bagian tata Usaha RSUD Banjarbaru Drs. Muhammad Noor HS., Msi.
Berdasarkan data profil, Bed Off Rates (BOR) atau tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur RSUD Banjarbaru tahun 2005 hingga 2010 adalah 72,41 persen hingga 83,69 persen.”Keadaan tersebut tidak sesuai dengan standar BOR yakni sebesar 60 persen.. Dengan kata lain sarana prasarana tidak memadai lagi,” ucapnya.
Ditambahkannya, luasan ruangan perawatan juga tidak memenuhi syarat kenyamanan pasien dan keluarga. Berdasarkan data yang ada Bad Turn Over (BTO) atau jumlah perhitungan berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu tahun di RSUD Kota Banjarbaru adalah 64 persen hingga 75 persen. “Hasil perhitungan tersebut termasuk kategori tinggi dan mencerminkan keterbatasan dalam hal pelayanan yang ada di RSUD,” ucap Mamad.
Mamad juga mengatakan, untuk system ventilasi dan pencahayaan bangunan RS yang ada juga tidak memenuhi persyaratan alami maupun mekanik sesuai dengan fungsinya.”Selain itu system sanitasi berupa pembuangan limbah, pembungan kotoran atau sampah, penyaluran air hujan, toilet tidak memenuhi standar yang berlaku,” ucapnya.
Peningkatan kunjungan pasiet rawat jalan maupun rawat inap di semua kelas yang ada tidak sebanding dengan kapasitas sarana prasarana yang ada. Hal ini menyebabkan seringnya dilakukan rujukan pasien dengan alasan ruangan di RSUD tersebut penuh.
Sementara itu, kapasitas tampung kelas tiga tidak mencukupi sehingga harus dilakukan rujukan ke RS terdekat. ”Keadaan ini sebenarnya menyebabkan terganggunya pelaksanaan komitmen Pemerintah Kota Banjarbaru dalam memberikan pelaynan kesehatan kepada masyarakat yang tercakup dalam Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Daerah) atau Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) maupun pengguna SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu),” ucap Mamad.
Yang paling menonjol yakni RSUD sendiri tidak mempunyai lahan parkir.”Selama ini untuk parkir kendaraan roda dua dan empat menggunakan halaman depan rumah sakit atau bahu jalan,” ucap Mamad.
Karena beberapa hal tersebut, Mamad mengharapkan adanya relokasi atau pemindahan pembangunan dan pengembangan RSUD Banjarbaru menjadi Rumah Sakit Pendidikan di Provinsi Kalimantan Selatan dalam upaya meningkatkan kemampuan rumah sakit dalam pelayanan penanganan kesehatan rujukan dan tempat terselenggaranya pendidikan kedokteran dan kesehatan. ”Hal ini mengingat Kota Banjarbaru merupakan Kota Pendidikan,” ucap Mamad. (Radar)